Pantun Melayu Dengan Tema Kelucuan dan Cinta

Pantun Melayu merupakan salah satu warisan adat Melayu yang sangat fenomenal. Hasil karya sastra lisan ini sangat mengesankan Gina. Meskipun Gina bukan dari suku Melayu, namun tidak menghalangi rasa cinta pada tradisi pantun. 

Bagi masyarakat Melayu, pantun bukan hanya sekedar hiburan. Ia ada di segala tempat. Baik pada acara-acara resmi maupun untuk sekedar berkelakar. 

Mereka para pemantun seakan-akan dapat melihat setiap kata dan menyusunnya dalam baris-baris pantun. Berbeda dengan pantun yang seringkali diungkapkan anak muda zaman sekarang, pantun-pantun Melayu - menurut Gina - memiliki nilai seni yang tinggi. 

Kumpulan Pantun MelayuPantun Melayu sendiri dapat dikategorikan ke dalam beberapa golongan. Di antaranya pantun anak-anak, pantun jenaka, pantun nasehat, pantun agama, pantun adat, pantun suka cita, pantun perkawinan, dan lain sebagainya. 

Gina sendiri belajar pantun dari seorang Melayu Riau (Bintan). Beliau sepertinya sangat mudah membuat pantun sindiran, nasehat, dan yang paling Gina suka adalah pantun jenakanya. 

Untuk mengobati rindu terhadap pantun, Gina coba untuk membuat pantun yang diinspirasi dari pantun Melayu. 

Pantun Melayu Lucu

Hari senja semakin sayu
Siput berjalan bawa cangkang
     Mengapa abang berhenti merayu
     Rupanya si istri ada di belakang

Makin malam makinlah hening
Belalang tidur di ujung tangkai
     Bagaimana kepala istri menjadi pening
     Bau badan suami seperti bangkai

Badan siapa terkena kudis
Obati saja dengan lada
    Siang malam merayu gadis
    Duduk bersanding bersama janda

Lada bukan sembarang lada
Lada Bangka selalu dibawa
    Janda bukan sembarang janda
    Biar janda usianya kepala dua

Pulau Bangka penghasil lada
Kebunnya luas senang tak reda
   Senang memang menikahi janda
   Apalagi jandanya masih muda

Alangkah indah baju direnda
Dibeli oleh penawar pertama
   Mana ada janda usia muda
   Apalagi anaknya 'dah lima

Kereta berjalan di atas roda
Angin berhembus jendela terbuka
   Sudah dapat istri janda muda
   Tapi mengapa masih berduka

Jalan-jalan naik kereta
Membawa segudang batu bara
   Mengapa dia berduka cita
   Bibir jandanya monyong tak terkira 

Anak melayu memancing bawal
Tersesat lama di dalam gua
   Disangka bibir merah sensual
   Malah giginya gondrong semua

Pantun Melayu Cinta

Perut lapar ingin makan
Makan enak dengan ikan
   Rindu di hati tak tertahankan
   Malu sungguh jika diungkapkan

Lebih enak makan tiram
Jangan makan di bawah randu
   Orang tenggelam di perahu karam
   Hatiku karam di lautan rindu

Kalau duduk di bawah randu
Awas tertusuk oleh durinya
  Rindu bukan sembarang rindu
  Rindu pada si dia berparas arjuna


Mungkin baru itu awal dari pantun Melayu yang dapat Gina tuliskan. Mungkin esok akan Gina buatkan lebih banyak lagi. Maaf jika pantunnya kurang ber-seni karena Gina bukanlah seorang ahli pantun. 

Hingga saat ini hati Gina terpaut pada pantun, khususnya pantun Melayu. Bahkan sampai mengkoleksinya secara pribadi. Terutama pantun-pantun yang penuh dengan nasehat.

Mungkin ada yang dapat membuatkan Pantun Melayu lainnya untuk Gina?